Akulturasi kebudayaan nusantara dan hindu-budha
1.
Seni bangunan
a.
Candi
Candi adalah istilah dalam Bahasa
Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah
peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha.
Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun
memuliakan Buddha.
Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk
menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari
masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana
(kraton),
pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
Candi merupakan perpaduan antara dua kebudayaan
local dan kebudayaan india. Secara harfiah candi merupakan bangunan untuk
memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja atau tokoh
terkemuka.sebenarnya dimakamkan dicandi bbukan bukan jasad melainkan batu batu
berharga disertai sesajen yang disebut peripih.
Candi merupakan bangunan
replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru.
Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan
berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi-candi dan
pesan yang disampaikan lewat arsitektur, relief,
serta arca-arcanya
tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para
pembuatnya.
Beberapa candi seperti Candi
Borobudur dan Prambanan
dibangun amat megah, detil, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa estetika
yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju pada zamannya.
Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya kebudayaan
dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.
Jenis-jenis bangunan candi:
- Candi Kerajaan,
yaitu candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, tempat digelarnya
upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi kerajaan biasanya
dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Panataran.
- Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa
tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan
tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal dari masa Majapahit,
Candi Sanggrahan
di Tulung Agung, Candi Gebang di Yogyakarta, dan Candi Pringapus.
- Candi Pribadi,
yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, dapat
dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: Candi
Kidal (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi
Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja
Singhasari), Candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi Tegowangi
(pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi
Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
Fungsi bangunan candi :
- Candi Pemujaan:
candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau
bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, candi
Canggal, candi Sambisari,
dan candi Ijo yang menyimpan
lingga dan dipersembahkan utamanya untuk Siwa, candi Kalasan
dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan candi Sewu untuk memuja Manjusri.
- Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau
sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk
menyimpan relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku,
rambut, atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama, atau bhiksu Buddha
terkemuka, atau keluarga kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya
dibangun sebagai sarana ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan,
dan candi Muara Takus
- Candi Pedharmaan:
sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun untuk
memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini
kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah
meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya, contoh:
candi Belahan
tempat Airlangga dicandikan, arca
perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di
Blitar, tempat Raden Wijaya
didharmakan sebagai dewa Harihara.
- Candi Pertapaan:
didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa, contoh: candi-candi di
lereng Gunung Penanggungan, kelompok candi Dieng dan candi Gedong Songo, serta Candi Liyangan
di lereng timur Gunung
Sundoro, diduga selain berfungsi sebagai pemujaan,
juga merupakan tempat pertapaan sekaligus situs permukiman.
- Candi Wihara: didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan
bersemadi, candi seperti ini memiliki fungsi sebagai permukiman atau
asrama, contoh: candi Sari dan Plaosan
- Candi Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: gerbang di
kompleks Ratu Boko, Bajang Ratu, Wringin Lawang,
dan candi Plumbangan.
- Candi Petirtaan:
didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya sebagai
pemandian, contoh: Petirtaan Belahan, Jalatunda, dan candi Tikus
Pembangunan candi dibuat
berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab Vastusastra
atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang
membuat candi (arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra
adalah Manasara yang berasal dari India Selatan, yang tidak hanya berisi
pedoman-pedoman membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga
arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks
kota dan desa.
b. Stupa
Stupa merupakan bangunan yang terdapat pada candi candi.
Stupa biasanya disusun mengelilingi candi. Stupa berassal dari bahasa sanskerta
merupakan tumpukan atau gundukan. Yang digunakan untuk menempatkan abu jenaza. Para penganut agama budha tidak
membuat patung bagi raja yang telah wafat. Abu janaza raja atau biksu ditananam
di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Di India kuno, bangunan stupa digunakan sebagai makam, tempat menyimpan
abu kalangan bangsawan atau tokoh tertentu. Di kalangan Buddha,
stupa menjadi tempat menyimpan abu sang buddha sendiri. Setelah wafat lalu
dikremasi, abu buddha disimpan dalam delapan stupa terpisah yang didirikan di
India Utara.
Dalam perkembangannya, stupa menjadi lambang Buddhisme itu sendiri. Semasa pemerintahan Ashoka, dibangun banyak stupa untuk menanandakan kedudukan Buddha sebagai agama utama di India. Demikian pula di Asia Timur dan Asia Tenggara, stupa didirikan sebagai bukti pengakuan terhadap Buddhisme di wilayah yang bersangkutan. Bagi kita sekarang, stupa dapat menjadi petunjuk seberapa luas Buddhisme tersebar di suatu wilayah.
Sebagai lambang peerjalanan sang Buddha masuk ke nirwana, bangunan terdiri atas 3 bagian, yaitu andah, yanthra, dan cakra. Pembagian dan maknanya tidak jauh berbeda dengan candi.
Bangunan stupa di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan di India maupun di Asia Timur. Di tempat lain banyak bangunan stupa yang berdiri sendiri. Sedangkan di Indonesia, lebih sering dijumpai bangunan stupa yang menjadi bagian candi, seperti Candi Mendut, Candi Borobudur.
Dalam perkembangannya, stupa menjadi lambang Buddhisme itu sendiri. Semasa pemerintahan Ashoka, dibangun banyak stupa untuk menanandakan kedudukan Buddha sebagai agama utama di India. Demikian pula di Asia Timur dan Asia Tenggara, stupa didirikan sebagai bukti pengakuan terhadap Buddhisme di wilayah yang bersangkutan. Bagi kita sekarang, stupa dapat menjadi petunjuk seberapa luas Buddhisme tersebar di suatu wilayah.
Sebagai lambang peerjalanan sang Buddha masuk ke nirwana, bangunan terdiri atas 3 bagian, yaitu andah, yanthra, dan cakra. Pembagian dan maknanya tidak jauh berbeda dengan candi.
Bangunan stupa di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan di India maupun di Asia Timur. Di tempat lain banyak bangunan stupa yang berdiri sendiri. Sedangkan di Indonesia, lebih sering dijumpai bangunan stupa yang menjadi bagian candi, seperti Candi Mendut, Candi Borobudur.
Pada awalnya stupa berbentuk kubuh atau bukit kecil.
Selanjutnya,bangunanan ini berkembangmenjadi ciri khas bangunan suci umat
Buddha.dalam kepercayaan agama Buddha bangunan stupa melambangkan nirwana.
Stupa yang terkenal terdapat diiindonesia dicandi Borobudur yang merupakan
kompleks terbesar didunia.oleh karena itu, candi Borobudur diakui UNESCO
sebagai warisan budaya.
c. Langgam
Bangunan candi di Indonesia dibedakan menjadi dua langgam,
yaitu langgam jawa tengah dan langgam jawa timur. Contoh langgam jawa timur
yaitu ; candi mendut, kalasan,prambanan,Borobudur. Candi langgam jawa tengah
memiliki karakteristik seperti berikut;
1. Candi
berbentuk tambun dengan atap berundak-undak
2. Reliefnya timbul
agak tinggi dengan hiasan lukisan naturalis.
3. Puncak
candi berbentuk ratna atau stupa
4. Candi
terbuat dari batu andesit
5. Candi induk
terletak ditengah halaman
6. Candi
menghadap kearah timur
Contoh gambar langgam jawa tengah
Candi langgam jawa timur memiliki
bentuk berlawanan dengan candi langgam jawa tengah. Contoh bangunan candi
langgam jawa timur, yaitu Candi Jago, Candi Singasari, Candi Ceto, dan Candi
Penataran. Pada umumnya candi langgam jawa timur memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Candi berbentuk ramping dan atapnya merupakan perpaduan dari tingkatan
2. Reliegnya timbul sedikit dan hiasan lukisannya berbentuk simbolis menyerupai wayang kulit
3. Puncak candi berbentuk kubus
4. Candi terbuat dari batu bata
5. Candi induk terletak di belakang halaman
6. Candi enghadap ke arah bara
1. Candi berbentuk ramping dan atapnya merupakan perpaduan dari tingkatan
2. Reliegnya timbul sedikit dan hiasan lukisannya berbentuk simbolis menyerupai wayang kulit
3. Puncak candi berbentuk kubus
4. Candi terbuat dari batu bata
5. Candi induk terletak di belakang halaman
6. Candi enghadap ke arah bara
Contoh gambar langgam jawa timur
d. Keraton
Istilah kadatwan
(atau dalam ucapan sekarang disebut kedhaton) sebagai tempat kedudukan
pimpinan federasi desa diperkirakan berasal dari fase terakhir masa prasejarah,
yang kemudian terbawa serta ke masa Hindu-Budha, dan kemudian terintegrasikan
dengan konsep kerajaan. Konsep “raja” kemudian diletakkan di atas susunan
kerapatan para rama dan rakai, dan dibubuhi pula dengan “esensi
kedewataan” yang dikenal dalam konsep kerajaan menurut agama Hindu.dengan
demikian keratin merupakan tempat tinggal raja, bangunan keraton biasanya
berciri-ciri khusus yang menjadi identitas kerajaan. Keraton memiliki fungsi
sebagai pusat pemerintahan,pusat budaya, dan tempat tinggal raja bersama
keluarganya.
Keraton peninggalan masa hindu-buddha yang masih dapat kita
temui pada masa kini adalah ketaron raja book.keraton raja boko terletak sekira
2 km dari candi prambanan.bangunan ini tidak bias disebut candi karena disekitarnya
terdapat bekas benteng dank anal atau selokan.
Contoh gambar keraton raja book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar